PUISI DIEN ZHURINDAH
PROSA SENJA
Jika menjala senja
satu roman terbuka
menyingkap gelap rahasia
panca indera fasih bercerita
tentang patahan jiwa
pada rangka tanpa sisa
Malaikat penjaga nyawa berdatangan saja
bukankah senja belum teraba?
(Praduga sia-sia, membungkus niat nasuha
pabila merapat ke senja
bukankah takdir usia telah terukir
dahulu ketika bermukim di rahim ibu)
Pekanbaru, pagi bisu ‘07
KUNJUNGAN
Membuka pagi yang keruh
tergesa aku menyeduh secawan keluh
dan menghidangkan perjamuan tahajud yang absurd
bersama hilangnya bintang
Engkau pun enggan datang
terdekap gelap, aku terjebak pada sebaris jarak
Kunjungilah aku
sedari pagi aku hanya mencumbu bayu
yang kadang datang, kadang berlalu
mungkin aku telah dipermainkan musim
hingga aku tak siap
dijemput ketika hujan lebat
ataupun ditelanjangi terik yang tengik
Sementara aku bermain-main dengan waktu
kehadiran-Mu merasuki ingatan yang tak lagi perawan
telah lalai aku isi buku catatan
yang akan Engkau pinta kemudian
Menguak senja
jejak-Mu terhapus gulita
serupa lukaku yang terbuka
Pesan rawan kusiarkan
menanti kunjungan, memupuk kerinduan
satu waktu kita gantian
aku pasti mengunjungi-Mu
sebagai penghuni baru
di kediaman-Mu yang nyaman
Mengunjungi-Mu
dapatkah kujamah babut taubah?*)
Pekanbaru, pagi bisu ‘07
*)Pintu surga untuk orang-orang yang bertaubat dan diterima ALLAH SWT.
RASA
Rindu yang kupunya serupa buih di samudera
tak terbaca dalam rimbun kata-kata sahaja
begitupun cintaku pada lima
pada tujuh belas nyawa yang tak terjaga
Pekanbaru, pagi bisu ‘07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar