Minggu, 12 Agustus 2007


PUISI DIEN ZHURINDAH

PROSA SENJA

Jika menjala senja

satu roman terbuka

menyingkap gelap rahasia

panca indera fasih bercerita

tentang patahan jiwa

pada rangka tanpa sisa

Malaikat penjaga nyawa berdatangan saja

bukankah senja belum teraba?

(Praduga sia-sia, membungkus niat nasuha

pabila merapat ke senja

bukankah takdir usia telah terukir

dahulu ketika bermukim di rahim ibu)

Pekanbaru, pagi bisu ‘07

KUNJUNGAN

Membuka pagi yang keruh

tergesa aku menyeduh secawan keluh

dan menghidangkan perjamuan tahajud yang absurd

bersama hilangnya bintang

Engkau pun enggan datang

terdekap gelap, aku terjebak pada sebaris jarak

Kunjungilah aku

sedari pagi aku hanya mencumbu bayu

yang kadang datang, kadang berlalu

mungkin aku telah dipermainkan musim

hingga aku tak siap

dijemput ketika hujan lebat

ataupun ditelanjangi terik yang tengik

Sementara aku bermain-main dengan waktu

kehadiran-Mu merasuki ingatan yang tak lagi perawan

telah lalai aku isi buku catatan

yang akan Engkau pinta kemudian

Menguak senja

jejak-Mu terhapus gulita

serupa lukaku yang terbuka

Pesan rawan kusiarkan

menanti kunjungan, memupuk kerinduan

satu waktu kita gantian

aku pasti mengunjungi-Mu

sebagai penghuni baru

di kediaman-Mu yang nyaman

Mengunjungi-Mu

dapatkah kujamah babut taubah?*)

Pekanbaru, pagi bisu ‘07

*)Pintu surga untuk orang-orang yang bertaubat dan diterima ALLAH SWT.

RASA

Rindu yang kupunya serupa buih di samudera

tak terbaca dalam rimbun kata-kata sahaja

begitupun cintaku pada lima

pada tujuh belas nyawa yang tak terjaga

Pekanbaru, pagi bisu ‘07





Tidak ada komentar: